PART 1
Ketika senja berbicara pada malam “jangan renggut waktuku, aku masih ingin memandang indahnya mentari”
Seekor kelelawar bertengger di dahan pohon jambu tersenyum meringis, “lepaskan saja jubahmu segera kuakan bermain menaikkan sayap ku meliuk mengitari sepi”
Gemerisik daun berkata pada angin “hembuskan anginmu segera saat gelap tiba agar ku bisa bernyanyi dan merasakan melodi dari dingin”
Dan degup jantungku bertambah ketika ku mendengar semua itu.
“Jika tak berarti, lupakan saja… !”
Saat ku bermain-main dengan waktu dan tanpa sengaja menjatuhkan kepingan hati hingga menitikkan air mata, biarkan ku menangis sendiri…
Malamku akan datang, bahkan senja pun takkan mampu menahannya, hanya kelelawar dan gemerisik daun yang mengerti diriku saat ini…
Aku Rindu Bulanku…
PART 2
Jika mentari hadir dihadapanku, mampukah aku tersenyum seperti ketika malam datang.
Dua penjaga malam menghampiriku dan menyelendangkan selimut kesepiannya padaku. Wajahnya tidak tampak karena kegelapan yang ada disekitar begitu pekat. Seorang dari mereka berkata “Jangan pernah lepaskan ini sampai kau menemukan hatimu”
Kemudian mereka membawaku ke tepian pantai ini untuk merenung.
Mereka mulai bicara bersahutan “Resapilah,,, Uraikan semua resahmu, biarkan bersandar pada dinding ombak yang menghempas yang saling berkejaran lalu kembali ke lautan”, “bisikan tentang kepedihan dan kesedihanmu pada angin malam yang bercinta dengan cahaya lalu mencair menjadi embun”.
Saat aku memandang sekilas pada lukisan sang pencipta yang ada di hadapanku, Mereka menghilang bersama kabut yang turun dari langit.
Sebentar lagi pagi datang, sinarnya mulai memanjat dan merembet seperti virus yang menyebar ke seluruh tubuh alam. Seorang anak kecil nampak duduk sendiri mencoret-coret sebuah nama di pasir, kemudian ombak datang tiba-tiba dan seketika menghapus goresannya. Tapi anak kecil itu malah tersenyum, seolah ini hanyalah sebuah permainan alam yang mengasikkan. dia menulis lagi nama yang sama kemudian berdiri dan beranjak mendekati bibir pantai, dengan tangan kecilnya memainkan riak air dan tertawa.
Tertegun aku melihatnya…
Aku tahu hatiku kini. Berada disuatu tempat di sana, di penghujung pagi. Aku berdiri memandang mentari yang perlahan naik mewarnai lautan yang luas dan daun-daun yang basah, Bersama sunyi aku tersenyum, menyambut pagi untuk hatiku…
Selamat Pagi...
PART 3
Aku suka berada dalam terang, saat matahari bersinar dan membakar kulitku. Karena sepertinya aku tidak sendiri. Meski aku masih menyimpan selimut kesepianku dibalik kemejaku yang tebal. Memandang orang-orang yang berjalan lalu lalang disekitarku, mendengarkan kicauan burung-burung yang bernyanyi dan berkejaran, bunyi klakson kendaraan yang saling bersahutan, tawa anak-anak kecil yang sedang bermain, suara perempuan-perempuan yang sedang memperebutkan belanjaan pada sebuah gelaran diskon. Tawa gadis-gadis muda yang saling menyombongkan para kekasih mereka, dan para pria-pria lajang yang mengoda wanita-wanita cantik yang lewat, seorang bapak yang lewat sambil membawa tas besar dan sehelai dokumen menyembul dari dalam kantongnya, seorang ibu yang sedang meredakan tangis bayinya, ya aku tidak sendiri, tapi mengapa aku masih berdiri disini...
Mataku menerawang jauh, dan sinar matahari semakin panas, kini tepat berada diubun-ubun. Memandang ke sebuah dinding saat seekor laba-laba memainkan tangan-tangan lincahnya dan membentuk sebuah jaring yang indah. Saat ku asik mengaguminya, seakan segalanya terhenti dan aku berada dipersimpangan waktu, yang ada hanya aku dan laba-laba itu…
Dan tersadar ku saat mendengar bunyi lonceng dari sebuah jam, entah berasal dari mana suara tersebut, berdetak 12 kali, kemudian dilanjutkan dengan detak jantungku yang semakin cepat, semakin keras hingga menyesak… hampir membuatku kehilangan nafasku, dan membuatku tersungkur, mungkin ini tiba waktuku, dan dalam kesakitanku, seberkas cahaya putih memelukku, seorang malaikat datang dengan baju yang berkilauan, dengan wajah yang cerah yang menentramkan, membelaiku pipiku dengan lembut dan menghusap air mataku, berada tenang dalam dekapannya, secepat ia menghusap air mataku secepat itu pula ia menyembuhkan lukaku, dan kemudian ia masuk kedalam diriku…
Dalam terpejam sebuah suara berkata padaku “setiap ada duka pasti ada suka, setiap ada susah pasti ada senang, setiap ada pedih pasti ada bahagia, dan semua berasal dari apa yang kau rasakan, Tersenyumlah…”
Saat aku membuka mataku, aku masih berdiri ditempat semula. Semuanya masih seperti sebelumnya, bunyi klakson, anak-anak, burung-burung, perempuan-perempuan, gadis-gadis, pria-pria lajang, bapak pekerja, seorang ibu, semuanya masih ada disini, aku tidak sendiri, bahkan laba-laba itu pun masih disana. Terdengar bisikan dari suara yang sama “Tersenyumlah…” , aku menarik nafas dalam-dalam, kurasakan kesegaran udara yang masuk kerongga-rongga dadaku,,, dan kulepaskan kembali udara tersebut keangkasa dengan sebuah senyuman…
Matahari yang membakar kulitku kini terasa lebih cerah, sinarnya menembus ke balik jaketku dan mencairkan selimut kesepianku… dari kejauhan kulihat seseorang tersenyum padaku, sebuah wajah yang sepertinya sangat kukenal walau aku belum tahu siapa dia, sebuah wajah yang sangat kurindukan…
Aku tidak sendiri…
End…
Jumat, 30 Desember 2011
WANITA DAN KEHORMATAN (WOMAN AND THE DIGNITY)
Aku wanita, ketika kau selipkan bunga melati didalam buku yang kau berikan sore itu, saat berpapasan denganmu. ketika kau memandangku dan aku tertunduk karena malu. Membuat debaran halus didadaku.
I am a woman, when you put the jasmine flower in a book and you gave to me in that afternoon, when bumped into you. when you look at me and I bowed because of shame. Make a smooth beat in my heart.
Aku wanita ketika dengan keberanianmu kau datang menghadapi mata elang dan seruan singa yang siap menghabisimu karena melindungi buah hati mereka, untuk memintaku bersamamu.
I'm a woman when you come by your courage to face the eyes of an eagle and a lion's call is ready to eat you for protecting their baby, to ask me to be with you.
Aku wanita ketika kau selendangkan kain putih wangi diatas kepalaku, dan berjanji akan menjagaku dengan nama Allah.
I'm a woman when you pair the fragrant white veil over my head, and promised to look after me with the name of Allah.
Aku wanita ketika memberikanmu segelas susu sebelum tidur, ketika untuk pertama kalinya matamu menatap dalam mataku dan membelaiku, membisikkan doa dalam gelapnya malam. ketika terbangun dari tidurku dalam pelukanmu.
I am a woman, when I give you a glass of milk before you sleep, when for the first time, eyes staring in my eyes and you caress me, whispering prayers in the darkness of night. when I wakes from sleep in your arms
Aku wanita ketika kau nyanyikan ayat-ayat suci dan membimbingku dalam alunan takbir, ketika kucium telapak tanganmu dan dengan lembut kau membalasnya dikeningku.
I'm a woman when you sing the holy verses and led me in the rhythm of prayer, when I kissed the palm of your hand and you gently back on my forehead.
Aku wanita ketika kau memintaku untuk berdiri disebelahmu menatap tajam dalam bingkai masa depan, ketika tanganmu menggenggam erat tanganku, mengajakku melangkah menghadapi kehidupan.
I'm a woman when you asked me to stand beside you looked sharp in the frame of the future, when your hand clutching my hand, walked me to face life.
Dan sebagai kehormatanmu, aku akan memberikan hidupku untukmu atas nama Cinta yang telah digariskan oleh sang pemberi kasih. Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang...
And as guard your dignity, I would give my life for you in the name of love that has been outlined by the giver's love. With the name of Allah the compassionate, the Merciful.
Langganan:
Postingan (Atom)