Minggu, 17 Juli 2011

Doa Adalah Harapan Ketika Kau Memilihku


PART 1

Masih ada secercah harapan, untuk mengayuh langkah menuju tujuan. Tapi entah bagaimana? Hanya sebongkah keyakinan yang terus menguatkanku, atas nama cinta yang kumiliki. 

Pagi mulai beranjak dari paduannya. Seberkas sinar perlahan-lahan mulai memanjat kesinggasana memulai keagungannya. Ya, hari ini masih sama seperti kemarin, ketika mataku terbuka dan bayanganku langsung menuju kepadamu. Rasa lelah semalam, masih menyisakan tangis dan sembab diwajahku. Jalan keyakinan yang aku pilih dan keraguan yang menggodaku untuk melangkah pergi. Tapi ku masih disini, menunggu butiran-butiran kasihmu menyelimutiku dengan kehangatan. Betapa besar rasa sayangku padamu, hingga aku tak sanggup melindungi diriku dari balik kecemasan yang menghantuiku beberapa hari ini. Aku ingin menikah.

Waktu yang membawaku bersamamu dan menggelitikku dengan jutaan kata ketika raut wajahmu menampakkan senyum keemasan yang tak pernah aku tahu, itu adalah cinta.

Gerimis mulai perlahan turun dari langit dan menebarkan bau basah, kesejukan alam. beredar disekelilingku. Aku dengan kerinduanku padamu, mengoyakkan batas sepiku. Cahaya-cahaya yang mulai merambat menanjakki dinding-dinding yang tak terlihat, terkesan lambat, rinai hujan seakan membawaku masuk kealam sendu dengan iringan musik hening yang damai. Tahukah kamu, apa yang terjadi dalam kisah ini, ketika dua hati terpisah karena keyakinan dan merengkuh kesucian cinta dalam waktu yang bersamaan. Luka, tapi tidak terasa. Pedih hanyalah kata-kata imaji yang masuk dari alam bawah sadarku saat ku bermimpi.

Aku melangkah gontai ketika sejenak anganku membawaku bermain dengan harapan-harapanku. Tidak banyak, hanya satu yaitu kamu. Saat terakhir matamu melihat ke arahku, itu adalah hal terindah yang ingin selalu kupandangi. Memang bukanlah seperti ribuan permata yang bersinar, tapi itu cukup buatku. Karena kumenemukan sinar yang lebih berkilau didalamnya. Teduh dan menenangkanku. Tapi kemarin mengingatnya membuatku gelisah. Hingga ku bersender pada sehelai kain putih dan mengangkat lenganku dalam sunyinya malam, mengembalikan diriku pada yang Kuasa.

Setahun, tepat seminggu yang lalu. Bukan waktu yang pendek untuk meyakinkan diriku tentang perasaan ini. Saat tangis dan tawa kita lalui bersama, ketika suaramu menjadi melodi yang merdu dalam hari-hariku. kini aku terpaku pada lamunanku, kembali mengingat masa-masa itu. Aku yang selalu memaksamu untuk mengikuti gerak laguku, dan kau yang seperti tak lelah terus memberi arti dalam setiap manjaku. Ya, setahun yang lalu, kala kita masih menjajaki diri dan terus mencari makna dari hidup kita, merajut sebuah kemesraan dengan benang sutra. Kini rajutan itu sudah membentuk sehelai kain yang berwarna, hanya kini tak tahu, harus di buat apa.


Aku kan menjadi menjadi malam-malammu,,, 
Kan menjadi mimpi-mimpimu,,, dan selimut hatimu… Yang beku…
Aku kan menjadi bintang-bintangmu… kan slalu menyinarimu,,,
Dan menghapus rasa rindumu,,, yang pilu…


1 komentar: